KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Wr. Wb.
Kita
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-NYA, sehingga kami penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Tidak lupa shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya di jalan yang
benar.
Kami
ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Makalah ini kami susun berdasarkan tugas dari mata pelajaran BK
(Bimbingan Konseling) yang berjudul “Kesadaran Mendisiplinkan Diri”. Makalah ini bersisi tentang
pengertian, cara membangun, hal-hal apa saja yang dapat mendisiplinkan diri,
dan peran orang tua.
Semoga
ALLAH SWT membalas jasa baiknya dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kesalahan.tapi hanya inilah hasil optimal dan
pemikiran penulis.Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan
saran yang konstruktif dari pembaca demi sempurnanya penulisan dimasa yang akan
datang.
Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Hanya kepada Allah jugalah penulis memohon dan berserah diri, Amin ya robbal
‘alamin
Bogor,
9 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
C.
Rumusan Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
B.
Pentingnya Disiplin Diri
C.
Hal-hal
D.
Peran Orangtua
E.
Cara Membangun
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan
rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga, adalah situasi dan kondisi
keluarga yang negative. Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial pada
pendidikan dalam keluarga yang diemban oleh orang tua karena mereka bertanggung
jawab secara kodrati dalam meletakkan dasar-dasar dan fondasinya kepada
anak-anaknya.
Orang
tua yang mampu menghayati keadaan anaknya dan anak menghayati dunia orang tua
maka terjadi pertemuan makna diantaranya. Masing-masing anggota keluarga secara
bersama-sama dapat saling membantu untuk membuat pedoman diri dalam mengarahkan
dirinya agar senantiasa untuk memiliki dan meningkatkan nilai-nilai moral untuk
dipolakan dalam kehidupannya. Peran orang tua guna mengembangkan disiplin dalam
diri anak sangatlah berarti. Anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis
senantiasa akan mendapatkan dorongan dalam menggali potensi dirinya untuk
berperilaku yang positif dan mendisiplinkan dirinya.
B. Rumusan Masalah
1.apakah
yang dimaksud dengan
Kesadaran Mendisiplinkan Diri?
2.apa
pentingnya Kesadaran Mendisiplinkan Diri?
3.apa
saja hal-hal yang perlu dilakukan dalam Kesadaran Mendisiplinkan Diri?
4.
Pean apa saja yang dilakukan oleh orangtua?
5.bagaimana
cara membangun Kesadaran Mendisiplinkan Diri?
C. Tujuan Masalah
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesadaran Mendisiplinkan Diri
- Untuk mengetahui pentingnya dari Kesadaran Mendisiplinkan Diri
- Agar kita dapat memembangun cara disiplin Diri dalam kehidupan ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mendisiplinkan Diri
Mendisiplinkan
diri adalah
kemampuan untuk melakukan upaya untuk mencapai tujuan tertentu terlepas dari
lingkungan saat ini. Jika Anda akan tinggal di dunia yang sempurna (seandainya
ada), semua yang anda inginkan akan tercapai cepat dan mudah. Akan tetapi kita
hidup di dunia yang sama, sebuah dunia di mana banyak hal yang harus segera
dipenuhi, di mana kita sering bingung karena prioritas tumpang tindih – mana
yang harus didahulukan?, di mana energi kita tampaknya selalu berada di bawah
tingkat yang diperlukan. Suka atau tidak, inilah dunia kita. Dan disiplin diri
adalah kemampuan untuk mengatasi kemunduran lingkungan sehingga membuat kita
tetap berada di jalur pencapaian tujuan.
Disiplin diri pada anak sangatlah
membutuhkan peran orang tua. Tanpa peran orang tua anak tidak akan bisa
mengembangkan disiplin diri. Anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis dapat
membantu anak dalam mengembangkan disiplin diri. Anak yang berasal dari
keluarga yang kacau lebih banyak memiliki konsep dari negative. Lebih ektrim
mengekspresikan perasaan, lebih penakut, dan lebih sulit mengontrol jasmaninya
dari pada anak dari keluarga yang utuh. Perpecahan keluarga merupakan fenomena
factual, yang menyebabkan terjadinya kenakalan anak karena tidak lengkapnya
orang tua dan dihayati oleh anak sebagai “ketidakhadirannya”.
Bahaya yang akan timbul dari perpecahan
keluarga anak akan kurang menyadari moral sebagai landasan keteraturan disiplin
dirinya. Anak yang kurang memiliki nila-nilai moral sejak dini akan membuat
orang tua kesulitan dalam membantu memiliki dan mengembangkan disiplin diri.
Dengan demikian orang tua mempunyai tanggung jawab kondrati yang sangat
strategis posisinya dalam menghadirkan situasi dan kondisi yang bermuatan nilai
moral untuk dihayati dan diapresiasi oleh anak-anak. Oleh sebab itu, sadar
moral menjadi landasan disiplin diri yang harus dikembangkan.
Jadi, bagaimanakah posisi keluarga dalam mengembangkan disiplin diri, dan makna keluarga bagi anak serta upaya-upaya orang tua dalam membantu mengembangkan disiplin diri yang akan membentuk kepribadian anak yang dapat diterima dilingkungan social.
Jadi, bagaimanakah posisi keluarga dalam mengembangkan disiplin diri, dan makna keluarga bagi anak serta upaya-upaya orang tua dalam membantu mengembangkan disiplin diri yang akan membentuk kepribadian anak yang dapat diterima dilingkungan social.
B. Pentingnya Disiplin Diri
Secara sekilas, kehidupan sehari-hari
menampakkan fenomena yang biasa saja. Bila dikaji lebih mendalam, ternyata
menghadirkan disparitas fenomena yang menyiratkan banyak persoalan dan memiliki
lingkup yang sangat kompleks. Dalam era global dewasa ini, kompleksitas masalah
kehidupan mengalami perubahan yang sangat cepat. Hal ini memberikan kesan bahwa
kehidupan sehari-hari semakin menggalau dan beraneka. Jika dalam era
globalisasi tidak ada upaya untuk mengantisipasi, mengakomodasi, dan
mewarnaianya. Era global secara maknawi mengundang anak-anak untuk mengaktifkan
diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar
disiplin diri hal tersebut menunjukkan perlu adanya posisi dan tanggung jawab
dari orang tua.
Disiplin diri merupakan substansi
esensial di era global untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak karena
dengannya ia dapat memiliki control internal untuk berperilaku yang senantiasa
taat moral. Dengan ini, anak tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi
sebaliknya ia mampu mewarnai dan mengakomodasi.
Bantuan orang tua dalam meletakkan
dasar-dasar dan mengembangkan disiplin diri anak adalah menciptakan situasi dan
kondisi yang mendorong anak memiliki dasar-dasar disiplin diri anak dan dalam
pengembangannya melibatkan dua subjek yaitu: (1) orang tua sebagai pendidik,
dan (2) anak sebagai si terdidik. Bantuan orang tua kepada anak untuk memiliki
dasar-dasar disiplin diri dan mengembangkannya merupakan suatu pekerjaan dari
pendidik. Dalam hal ini pendidik dapat mempengaruhi atau “memasukkan sesuatu”
yang bersifat psikologis kepada si terdidik agar mau bekerja sama dalam
pencapaian tujuan sehingga akhirnya dapat mengerjakan sendiri.
C.
Hal-hal
yang Membangun Disiplin Diri
Menurut
Dragos Roua, membangun disiplin diri hanya membutuhkan 4 hal, yakni:
1) Tetapkan Tujuan yang jelas
Jika Anda tidak tahu tujuan Anda, Anda tidak bisa bergerak
lebih cepat. Itu fakta. Menetapkan tujuan yang jelas merupakan dasar untuk
membangun disiplin diri. Asahlah batu-kristal tujuan anda agar tetap tajam.
Salah satu perangkap yang paling umum dalam mempertahankan disiplin diri adalah
kehilangan arah atas apa yang Anda lakukan. Hal ini terjadi lebih sering dari
yang Anda pikirkan. Namun kadang-kadang karena begitu tenggelam dalam kesibukan
tertentu kita bisa lupa tujuan utama. Alasan lain yang sangat penting kenapa
harus memiliki tujuan yang jelas adalah bahwa setiap tujuan perlu tindakan
spesifik. Saya akan bertindak dengan cara tertentu jika ingin meningkatkan
kesehatan (misalnya dengan melakukan diet), akan tetapi berbeda dengan cara
saya dalam hal meningkatkan kemampuan menulis. Jadi saya menerapkan strategi
berbeda untuk tujuan yang berbeda. Disiplin diri akan membantu memperkuat
strategi secara keseluruhan.
2) Beri Insentif pada Diri Sendiri
Menciptakan disiplin diri membutuhkan penghargaan. Perlu
sogokan pada diri sendiri untuk membuat diri Anda termotivasi. Penghargaan
perlu dilakukan selama proses tersebut, meskipun ini bukan tujuan utama. Tujuan
utama adalah untuk mengasah kemampuan disiplin diri agar dapat diterapkan
terus-menerus dalam setiap bidang kehidupan Anda, terlepas dari tindakan khusus
yang dibutuhkan atau konteks tertentu. Dan jika penghargaan kepada diri sendiri
dapat mempercepat proses ini, mengapa tidak?
Misalnya ketika diet untuk menurunkan berat badan anda
berhasil, Anda bisa memberi imbalan pada diri sendiri, misalnya mengunjungi
tempat wisata yang anda senangi, meski tanpa keberhasilan diet pun anda bisa
melakukannya. Seringkali penghargaan tersebut anda peroleh dalam bentuk
yang sederhana, misalnya setelah melihat kemajuan anda sejauh ini, timbul
perasaan senang. Anda menjalani hari-hari yang menggairahkan.
3) Nilailah kemajuan Anda
Disiplin diri membutuhkan penyesuaian. Anda tidak perlu
berharap bias melakukan sesempurna rencana anda pertama kalinya. Jadi untuk
memastikan bahwa apa yang anda lakukan tetap di arah yang benar, Anda perlu
menilai kemajuan Anda. Juga, terlepas dari tujuan tertentu yang ingin dicapai,
saat Anda mulai mengembangkan disiplin diri, jangan berharap mencapai hasil
yang cepat. Buatlah catatan pengingat, beri nasehat kepada diri sendiri. Saat
ini saya memutuskan untuk menerapkan posting rutin di blog saya, dan setelah
computer menyala saya langsung mengetikkan alamat blog sendiri di kotak
pencarian google, seolah-olah saya seorang pengunjung. Cara ini hanya untuk
mengingatkan diri sendiri bahwa saya sedang mendisiplinkan diri untuk menulis
dan memposting artikel setiap hari.
4) Abaikan Interferensi
Jika Anda menuju tujuan yang tepat, dengan insentif yang
tepat dan Anda membuat kemajuan yang baik, kemungkinan keteraturan ini Anda
akan segera terganggu. Saya pikir ini sudah sifat manusia: setiap kali kita
tampaknya mencapai momentum tertentu kita cenderung kehilangan momentum
berikutnya. Sebut saja ini interferensi. Setiap kali Anda tertarik oleh sesuatu
yang lain dari tujuan utama Anda, berarti anda membiarkan gangguan
mempermainkan usaha Anda. Interferensi memang tidak selalu tidak menyenangkan,
akan tetapi Anda harus belajar bagaimana mengabaikannya.
D.
Peran orang tua yang mampu membantu anak memiliki
dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
a. Penataan lingkungan fisik
Penataan lingkungan fisik pada keluarga membuktikan adanya upaya agar anak-anak memiliki nilai moral, dasar social, ilmiah, ekonomi, kebersihan dan keteraturan dan demokrasi. Upaya penataan lingkungan fisik telah diapresiasi sebagai lahan dialog oleh anak-anaknya.
b. Penataan lingkungan sosial
1) Penataan lingkungan sosial internal
Bertujuan menyingkap nilai-nilai yang diapresiasi anak dalam menerima bantuan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
2) Penataan lingkungan sosial eksternal
Bertujuan menyingkap nilai-nilai yang diapresiasi anak dalam menerima bantuan orang tua agar mereka memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
c. Penataan lingkungan pendidikan
1) Penataan lingkungan pendidikan internal
Bertujuan untuk menyingkap nilai-nilai yang diapresiasikan anak dalam menerima bantuan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
2) Penataan lingkungan pendidikan eksternal keluarga
Adanya motivasi anak disebabkan oleh pancaran kewibawaan dan kepercayaan orang tua yang benar-benar mereka rasakan, terciptanya komunikasi dialogis antara orang tua dan anak, serta suasana demokratis di dalam keluarga. Penghayatan dan pengapresiasian anak terhadap motivasi dan dorongan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan nilai moral dasar tampak dalam perilaku kesehariannya.
d. Dialog-dialog keluarga
Diupayakan telah berhasil mengemas pesan-pesan nilai moral yang akan dihayatkan dan diapresiasikan kepada anak-anak. Keberhasilan ini sangat didukung oleh kewibawaan dan kepercayaan diri yang terpancar keperilaku, keakraban, kedekatan, dan kebersamaan sebagai demokrasi. Peringatan-peringatan terhadap anak-anak disampaikan dengan bijak, asih dan asuh sehingga dapat penuh sadar dan kepercayaan diri, anak akan mematuhinya.
e. Penataan suasana psikologis keluarga
Menyingkap adanya kondisi yang dapat mengundang dan mendorong anak untuk memiliki dan mengembangkan nilai moral dasar. Kemampuan orang tua menciptakan suasana keluarga yang sarat dengan rasa kebersamaan, keakraban, kedekatan, komunikasi sambung rasa dengan anak, pemberian teladan-teladan sikap terbuka.
f. Penataan sosiobudaya keluarga
Penataan sosiobudaya keluarga telah menyingkap upaya untuk membudayakan kaidah-kaidah nilai moral dasar, social, ilmiah, ekonomi, kebersihan dan demokrasi dalam kehidupan anak. Kaedah-kaedah tersebut diapresiasikan oleh kehidupan anak untuk diserap dan dilaporkan dalam kehidupannya.
g. Perilaku orang tua saat terjadinya pertemuan dengan anak
Pertemuan orang tua dengan anak senantiasa didasari oleh tampilnya nilai-nilai moral dasar yang mengupayakan untuk tampil dalam pertemuan dengan anak yang mampu membangun kepercayaan dan kewibawaan atas diri anak.
h. Kontrol orang tua terhadap perilaku anak
Perilaku anak yang memperoleh prioritas control orang tua adalah perilaku-perilaku dalam merealisasikan nilai-nilai moral dan disamping nilai-nilai moral lainnya. Kontrol yang diberikan dengan penuh asih, asuh dan kebijakan menyebabkan rasa keterpaksaan yang dialami anak pada awalnya lambat laun berkembang menjadi kesadaran diri.
i. Nilai moral yang menjadi dasar berperilaku orang tua dan yang diupayakan kepada anak
Untuk memilih dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri adalah nilai moral dasar (agama). Penempatan dan pengupayaan nilai moral dasar sebagai dasar pijakan berperilaku sebagai landasannya adalah nilai dasar (agama) yang dapat menjadi benteng kokoh untuk mencegah anak-anaknya melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku.
E.
Cara
Membangun Disiplin Diri
Sebenarnya
mendisiplin diri adalah tugas yang membosankan. Karena disiplin diri lebih dari
kebiasaan, kualitas intrinsik dari keberadaan Anda. Anda tidak dapat
"belajar disiplin diri" dalam satu bidang kehidupan lalu menerapkan
hal yang sama persis pada bidang lain. Anda sedang menciptakan kebiasaan. Yang
dapat Anda lakukan adalah untuk mengembangkan pendekatan tertentu yang
memberikan Anda kemampuan untuk mengatasi tugas apapun dalam konteks apapun.
Sama seperti waktu yang dibutuhkan otot untuk membangun otot, dibutuhkan disiplin untuk membangun disiplin diri. Untuk membangun otot secara progresif diperlukan latihan mengangkat beban. Perhatikan bahwa ketika Anda melatih mengangkat beban, anda akan mengangkat beban yang berada di dalam kemampuan Anda. Secara bertahap Anda mengangkat beban yang sedikit lebih berat. Demikian pula, metode dasar untuk membangun disiplin diri adalah untuk mengatasi tantangan yang sebenarnya dapat Anda atasi akan tetapi sudah mendekati batas kemampuan Anda. Mendisplinkan diri seringkali harus meninggalkan zona kenyamanan Anda.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat
dirumuskan berbagai kesimpulan:
1. Signifikasi upaya orang tua dengan tingkatan apresiasi anak berdasarkan kata hati. Nalar dan naluri terjadi karena pasang surutnya kewibawaan dan kepercayaan orang tua dalam diri anak. Kewibawaan dan kepercayaan terhadap orang tua yang bergelora dalam diri anak-anak dapat menggetarkan dawai kata hatinya.
2. Kewibawaan dan kepercayaan orang tua
membuat diapresiasi anak secara kata hati yang senantiasa dihayati dan dimaknai
sebagai bantuan, bimbingan dan arahan untuk dirinya dalam memiliki nilai-nilai
moral sebagai dasar berperilaku yang berdisiplin diri. Orang tua dapat
mencerminkan dirinya present in absent dalam diri anak jika dia membangun
keteladanan diri, konsistensi dan kesatuan perilaku, rasa kebersamaan dalam
merealisasikan nilai-nilai moral, penciptaan suasana terbuka dan komunikasi
dialogis, kemesraan hubungan orang tua dengan anak, emenerjemahkan dan
membudayakan nilai-nilai moral yang menjadi pola hidup keluarga, dan adanya
peraturan yang dibuat dan ditaati bersama oleh semua anggota keluarga.
SARAN
seseorang
yang sukses belajar dari pengalamannya
sendiri melalui pendisiplinan diri. Anda bisa membaca pendisiplinan diri
tersebut dalam diri anda yaitu: Penerimaan,
Keinginan yang kuat, Kerja keras,
dan Kegigihan atau persistensi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.simfonyriri.blogspot.com/2011/07/makalah-peran-orang-tua-dalam-membantu.html
kesadaran diri sngat perlu apalagi di kalangan pelajar yang suka bertindak sebelum berpikir secara jernih
BalasHapuskesadaran diri sngat perlu apalagi di kalangan pelajar yang suka bertindak sebelum berpikir secara jernih
BalasHapus